Hanya kata
yang menjembatani waktu
kita sendiri tak menyadari
sudah sejauh mana kita melangkah
pada jembatan itu
hingga ada di antara kita yang
berhenti, dan yang lainnya mengikuti
untuk menatap langit, mengukur
dalam benak
sudah berapa jengkal waktu yang
telah ditapaki
Aku tahu, kini aku tak hanya
sekedar mengetuk-ngetuk pintumu
lalu memintamu untuk membukakannya
dan mempersilakanku untuk masuk
tak sesederhana itu
karena maksudku bukan hanya untuk
duduk,
menyeruput secangkir teh, bertanya
kabar untuk berbasa basi,
kemudian lekas pulang ke rumah
Sudah sewajarnya semesta berhenti
berdetak
kala bayangmu melintasi
bintang-bintang yang membentuk sebuah rasi
dalam Bimasaktiku
seperti sewajarnya bumi meminta
hujan pada langit
karena mawar enggan tumbuh di tanah
yang tandus
sewajarnya aku berharap hari
menjadi cerah
setelah hujan turun
sewajarnya pelangi terbit
selepas hujan menari, meliuk
bersama semilir angin
(Sumber gambar: www.hippopx.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar