Minggu, 16 September 2018

Sajak Permainan

Jutaan kilowaktu per memori
secepat itu ketika kilas balik tentangmu datang
pada undangan jamuan makan malam
dalam benakku
meski dalam realita hadirmu tak ubahnya seperti
rembulan di siang hari

Kita pernah berada
pada sebuah permainan dalam abu-abu
meski aku harus kalah, namun sudah sewajarnya
karena tak harus menang untuk bahagia
Bukankah kebahagiaan menjadi yang utama dalam sebuah permainan?
--- terima kasih telah menyempatkan diri untuk bermain bersamaku

Malam ini,
aku tak ragu lagi untuk meletakkan titik
pada kalimat terakhir epilog senja yang mendung
aku takkan lagi mengusik rindumu akan hujan di bulan Juni,
atau memintamu untuk meminjamkan lensa jendelamu
ini sudah usai
Sebab
aku tahu kau sudah merasa cukup
Namun mengapa kau sendiri masih terus mencari?
--- itu mencipta luka, itu mempermainkan namanya

bila kau ingin mengusik tanya
temui saja semesta
yang sudah menjadi serpihan-serpihan
di pojok waktu yang kian menyempit

-Raira, 27 Oktober 2015) 


(Sumber gambar: www.hippopx.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar